Photobucket

Senin, 14 November 2011

Abu Bakar Ash-Shiddiq

Abu Bakar Ash-Shiddiq radiallahuanhu, seorang khalifah besar pengganti Rasulullah, manusia paling mulia dari umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Bukan hanya kaum muslimin yang mengenalnya, bahkan orang-orang kafir pun mengenalnya. Panglima besar yang berhasil menundukkan kekuatan dan kecongkakan negara super power Romawi. Dialah Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Amir bin Ka’ab bin Sa’d bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luai yang lebih dikenal dengan sebutan Abu Bakar Ash-Shiddiq radiallahuanhu.

Ibunya menjelaskan, suatu saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat Abu Bakar lalu menjulukinya ‘atiiqullah minan nar, orang yang dibebaskan Allah dari api neraka. Ibunya bernama Ummul Khair As-Sahmi binti Shakhr bin ‘Amir, wafat dalam keadaan memeluk Islam.

Keagungan dan kemuliaan Abu Bakar bukan karena ketampanan dan kegagahannya, akan tetapi karena keimanan yang kokoh di hati yang membuahkan pembenaran terhadap semua apa yang dikabarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Secara fisik ia seorang yang berbadan kurus, berdahi menonjol, berpundak sempit, berwajah cekung dan pinggang kecil.

Di saat semua orang meragukan dan mendustakan apa yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sampaikan, dia seorang diri membenarkannya. Ia rela merobek habis robekan demi robekan bajunya untuk menyumbat setiap lubang yang ada di dalam gua di malam hari karena takut binatang penyengat yang bersembunyi di dalamnya keluar mengganggu Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ketika orang-orang musyrik mengepung keduanya. Pagi harinya, Rasulullah menanyakan di mana pakaiannya. Setelah tahu apa yang terjadi, Rasulullah mendoakannya menjadi orang yang mempunyai derajat tinggi di jannah.

Ia memiliki beberapa anak. Dari perkawinan dengan Qutaibah dihasilkan Abdullah yang ikut perang di Thaif dan Asma’, istri Az-Zubair. Qutaibah kemudian dicerai dan wafat pada usia 100 tahun. Perkawinannya dengan Ummu Ruman melahirkan ‘Aisyah x (istri Rasulullah) dan Abdurrahman. Sebelum masuk Islam, Abdurrahman masuk dalam barisan kaum musyrikin yang memerangi Rasulullah. Namun dalam perang Badr ia baru masuk Islam.

Dari istrinya yang lain yang bernama Asma’ binti ‘Umais melahirkan Muhammad dan dari Habibah binti Kharijah bin Zaid melahirkan Ummu Kultsum x yang dinikahi shahabat Thalhah bin Ubaidillah z.

Dari sisi keilmuan, Abu Bakar radiallahuanhu melebihi shahabat lainnya. Banyak fatwa yang ia keluarkan di hadapan Rasulullah dan beliau menyetujuinya. Diangkatnya , ditambah adanya hadits?Abu Bakar menjadi imam shalat pengganti Rasulullah yang memerintahkan kaum muslimin untuk kembali kepada “dua bulan” (Abu Bakar dan ‘Umar) bila mengalami suatu perselisihan, menjadi saksi atas ketinggian ilmunya. Karenanya, sewaktu Rasulullah wafat orang-orang Muhajirin dan Anshar sepakat membaiatnya menjadi khalifah.

Ia seorang khalifah yang adil, tidak bergaya hidup mewah dan rendah hati. Tak lama setelah diangkat jadi khalifah ia berkata, bahwa ia bukanlah orang yang terbaik, memerintah rakyatnya mengikuti syariat dan tidak mengadakan bid’ah. Bila ia baik minta diikuti dan bila menyimpang ia minta diluruskan.

Abdullah bin ‘Umar c mengabarkan bahwa Abu Bakar radiallahuanhu sakit karena wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga menyebabkan kematiannya. Ahli sejarah menulis Abu Bakar z wafat antara waktu Maghrib dan ‘Isya pada hari Rabu bulan Rabi’ul Awwal tahun 13 H, dalam usia 63 tahun. Wallahu a’lam.
Rasulullah bersabda kepada Abubakar As-Shidiq ra : “ Aku melihat dalam mimpi bahwa kita menaiki sebuah tangga, pada akhirnya aku mendahului dua langkah didepan engkau” , lalu dijawab oleh Abubakar : “ Wahai Rasulullah, Allah Yang Maha Kuasa akan memanggil Jiwamu ke haribaanNya, dan aku akan hidup dua atau satu setengah tahun lagi setelah engkau meninggalkan dunia ini”

Mimpi Rasulullah dan perkataan Abubakar tersebut menjadi kenyataan, Ternyata beliau menjadi Pemimpin menggantikan Rasulullah selama 2 tahun 3 bulan.

Suatu prestasi yang begitu besar dalam sisa hidupnya sepeninggal Rasulullah telah dicapai. Beliau telah berhasil menumpas orang-orang Arab yang Murtad dan memberontak, membuat mata dunia terbelalak ketika berhasil menembus dua Imperium besar yang ketika itu menguasai dunia dan menentukan arah kebudayaannya yaitu Persia dan Rumawi. Kedaulatan itu pula yang mengemban peradaban dunia selama berabad-abad lamanya.

Pada hari Senin 22 Agustus 634 didalam sakitnya Abubakar ra berkata

“ Dan datanglah sakratul maut yang membawa kebenaran : “ Inilah yang dulu hendak kamu hindari”.

Setiap yang punya unta akan diwariskan
Dan setiap barang rampasan akan dirampas
Setiap yang kehilangan akan kembali
Tetapi hilang dengan kematian tak akan kembali

“ Tuhan ….. ambillah nyawaku sebagai orang yang berserah diri (sebagai muslim) dan tempatkanlah aku bersama orang-orang yang saleh”.

Ketika mengetahui Abubakar ra wafat Sahabat beliau Ali Abu Talib ra, berkata sambil menangis :

“ Abu Bakr, semoga Allah memberi rahmat kepadamu, Engkaulah orang pertama masuk Islam, dengan iman yang begitu murni. Keyakinan yang kuat dengan kekayaan yang terbesar. Engkaulah yang sangat memperhatikan Rasulullah SAW, dan sangat perduli terhadap Islam. Besar sekali pengorbananmu hendak melindungi umat. Engkaulah yang terdekat dengan Rasulullah dari segi akhlak, kemuliaan, sikap dan pandanganmu terhadap agama.

Semoga Allah memberi balasan baik kepadamu, demi Islam, demi Rasulullah dan demi segenap umat Muslimin. Engkau sudah percaya kepada Rasululullah tatkala orang masih mendustakannya, engkau begitu dermawan dan murah hati dikala orang sangat kikir kepadanya. Engkau yang selalu bersamanya sementara orang lain masil bermalas-malas.

Allah telah memberimu gelar As-Siddiq dalam KitabNya: “Orang yang membawa kebenaran dan yang membenarkannya (QS 39,33). Yang dimaksud adalah Muhammad dan engkau. Demi Allah engkau adalah benteng Islam dan malapetaka bagi si kafir.

Peganganmu dan alasanmu tidak sesat, wawasanmu tak pernah lemah dan engkau tak pernah menjadi penakut. Engkau seperti gunung yang tak tergoyahkan oleh badai dan topan, tak remuk karena benturan halilintar. Engkau seperti dikatakan Rasulullah saw, lemah dalam jasmani, kuat dalam agama, rendah hati dalam dirimu, agung dalam pandangan Allah, mulia di bumi, besar di mata kaum Muslimin.

Engkau tak tedorong ambisi dan nafsu, orang yang lemah, dimatamu adalah kuat, orang yang kuat, dalam pandanganmu adalah lemah, sesudah kau ambil hak si kuat dan kau berikan kepada si lemah.

Semoga Allah memberikan sebagian pahalamu kepada kami dan tidak tersesat karena kami jauh darimu. “


Seorang Aisyah, sebagai putri beliau dan sebagai Istri dari Rasulullah saw berkata :

“ Ayahanda, semoga Allah melimpahkan cahayaNya ke wajah mu, dan memuji segala usahamu yang sangat bermanfaat. Engkaulah orang yang tak terpesona oleh gemerlapnya dunia, dengan cara menjauhinya, engkau menjunjung tinggi kehidupan akhirat, dengan hati terbuka menyambutnya.

Kalau ada rasa duka terbesar dalam menimpa kami setelah ditinggal Rasulullah saw, maka duka inilah, dan kalau ada peristiwa terbesar yang terjadi sesudahnya karena kehilanganmu ini pula.

Dengan bersabar atas kepergianmu, Kitabullah menjanjikan ganti yang terbaik kepada kita. Aku siap melaksanakan janji Allah tentang engkau dengan bersabar, dengan meminta pertolongan dengan banyak istigfar untukmu.

Semoga Allah memberikan keselamatan kepadamu, aku melepasmu tanpa rasa dendam
, tanpa rasa kesal atas takdir yang terjadi terhadapmu


Seorang sahabat Umar bin Khatab berkata :

“ Wahai Khalifah Rasulullah!! Sepeninggalmu, sungguh ini suatu beban yang sangat berat yang harus kami pikul. Sungguh Engkau tak tertandingi, bagaimana pula hendak menyusulmu??


Ässalamualaika wahai Abu bakar………

Allah telah menguji setiap khalifahNYa….
Berkat keimanan dan keteguhan engkau
Kami kaum Muslimin dapat berdiri tegak
Penuh daya hidup untuk mengarungi dunia
Untuk menuju tingkat peradaban yang tinggi
Sesuai dengan martabat manusia.

Engkau dipertemukan dengan Rasulullah dalam Iman
Kini engkau dipertemukan dengan kematian.
Perjuanganmu bersamanya sungguh melelahkan
Semoga Allah memberikan kemuliaan bersamanya


[Bacaan: Shifatush Shafwah, Al-Imam Ibnul Jauzi]

Umar bin Khatab

Nabi Muhammad SAW, pernah bersabda : “ Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan salah seorang dari Amr bin Hisyam atau Umar bin Khatab”. Allah SWT telah mengabulkan doa beliau dengan masuknya Islamnya Umar bin Khatab sekitar tahun 616. Rasulullah SAW telah mengetahui akan keunggulan-keunggulan yang dimiliki Umar, pemuda yang gagah berani, tidak mengenal takut dan gentar, mempunyai ketabahan dan kemauan keras, demi untuk kepentingan perjuangan Islam, maka Rasulullah SAW memanjat doa kepada Sang Pencipta.

Beliau adalah Sahabat Rasul terdekat dan menjadi khalifah ke dua al-Khulafa-ar-Rasyidin., lahir dari suku Adi yang terpandang mulia dan mempunyai martabat tinggi di kalangan Arab, suku ini masih termasuk rumpun Kuraisy. Masuknya Umar binKhatab diikuti putra sulungnya, dan istrinya.

Masuknya Umar bin Khatab kedalam Islam membuka jalan bagi tokoh-tokoh Arab lainnya untuk masuk Islam. Saat itu berbondong-bondonglah orang masuk Islam, dalam waktu singkat pengikut islam berkembang dengan pesat. Umar telah membawa cahaya terang dalam permulaan perjuangan Islam. Dakwah Islam yang biasanya sembunyi-sembunyi kini dilaksanakan secara terang-terangan. Umar menjadi pelindung dan pembela umat Islam pada saat itu dari segala gangguan.

Ibnu Asir mengungkapkan bahwa Abdullah bin Massd berkata :” Islamnya Umar adalah merupakan suatu kemenangan, hijrahnya adalah suatu pertolongan, dan pemerintahannya adalah rakhmat”.

Semula Umat Islam tidak berani mendirikan Shalat secara terang-terangan, takut akan dianiaya oleh kafir Kuraisy, tetapi setelah itu mereka dapat beribadah dengan leluasa tanpa tertekan, “ Umar telah menunjukkan kesetiaan dan pengabdiannya tanpa pamrih demi kejayaan Islam, seolah-olah ia hendak menebus segala kesalahan dan dosa yang diperbuatnya pada masa jahiliyah”.

Beliau sangat dekat dengan Rasulullah SAW, sampai Rasul bersabda :” Andaikata masih ada Nabi sesudahku, Umar lah orangnya”. Rasul memberikan gelar untuk Umar dengan gelar al-Faruq (Pembeda/pemisah). Artinya adalah Allah SWT telah memisahkan dalam dirinya antara yang hak dan yang bathil. Hanya Umar yang berani mengemukakan pendapatnya dihadapan Nabi SAW, bahkan ia tidak segan menyampaikan kritik untuk kebaikan dan kemaslahatan umat Islam.

Diriwayatkan ketika ia bersama Nabi SAW di dekat Ka’Bah, Nabi SAW menunjukkan kepadanya maqom Ibrahim. Seketika Umar bertanya apakah disitu boleh mendirikan Shalat? Nabi SAW menjawab bahwa hal itu belum diperintahkan. Lalu hari itu juga turun wahyu yang membolehkan Shalat di maqom Ibrahim itu.

Pada saat lain Umar mengusulkan kepada Nabi SAW agar memerintahkan kepada Isteri-Isterinya untuk memakai tirai, maksudnya agar berbicara dengan tamu-tamunya dari belakang hijab, sebab menurut Umar, yang berbicara dengan mereka bukan saja orang baik-baik melainkan juga ada orang jahat. Tak lama kemudian turunkah ayat tentang hijab yang membenarkan pendapat tentang Umar.

Pandangannya yang jauh ke depan, keluwesan dan keadilannya, membuat orang senang menerima pendapatnya. Hal ini terlihat pada hari wafatnya Rasulullah SAW, terjadi saat itu juga perselisihan antara kaum Anshar dan Kaum Muhajirin di Saqifah, malah kaum Anshar telah membaiat khalifah pengganti Rasulullah SAW. Umar dengan tangkasnya melerai perselisihan, yang berahir dengan pengangkatan Abu Bakar.

Dia adalah orang pertama yang mencetuskan pengumpulan Ayat Al-Quran pada masa kekhalifahan Abu Bakar. Sebagai Khalifah beliau terkenal dengan sangat adil dalam menjalankan pemerintahannya, memperlakukan sama terhadap seluruh lapisan masyarakat. Pernah seorang gubernur Mesir dadili dan ternyata dinyatakan bersalah, maka ia menghukumnya dengan cara menyuruh penduduk yang teraniaya membalasnya sesuai dengan perlakuan yang diterimanya. Ia berkeliling mengamati keadaan rakyatnya, khawatir ada yang ditimpa kesulitan dan kelaparan. Tak segan dengan memberikan bantuan langsung, bahkan mengangkat sendiri bahan makanan yang akan dibagikannya.

Didalam pemerintahan dia melakukan pembaruan dengan membentuk dan memisahkan kekuasaan-kekuasaan pemerintahan. Didalam Fiqih beliau banyak melakukan Ijtihaj. Yang sekarang masih ada kenangan dari beliau adalah Kalender Hijrah, yang merupakan salah satu ijtihajnya.

Tragis memang beliau akhirnya, ketika beliau berhasil dalam mengibarkan panji-panji Islam, mengundang iri dan dengki musuh-musuhnya, akhirnya ketika beliau bersiap memulai Shalat Subuh, Umar Bin Khatab ditikam oleh Abu Lu’luih, yang mengakibatkan berpulangnya beliau kembali ke Rakhmatullah.

Ketika Rasulullah dan istrinya Khadijah sedang mendirikan Shalat, seketika Ali bin Abu Talib menyeruak masuk. Dilihatnya orang sedang Ruku, Sujud, serta membaca beberapa ayat AlQuran. Anak itu tertegun berdiri :” Kepada siapa kalian bersujud?” tanyanya setelah mereka selesai Shalat. “ Kami bersujud kepada Allah” Jawab Rasulullah “ Yang mengutusku menjadi nabi dan memerintahkan aku mengajak manusia menyembah Allah”.

Ali bin Abu Talib adalah anak pertama yaitu sepupu Rasululllah yang memeluk agama Islam, setelah terpesona mendengarkan ayat suci AlQuran. Sempat semalaman gelisah, dan akhirnya memutuskan untuk menuruti ajakan Rasulullah dengan mengatakan “ Tuhan menjadikan aku tanpa harus berunding dengan Abu Talib (ayahnya), Apa gunanya aku harus berunding dengan dia untuk menyembah Allah?”.

Abubakar bin Abi Quhafa dari kabilah Taim adala teman akrab Rasulullah SAW, Orang dewasa yang pertama kali diajak menyembah Allah dan meninggalkan berhala adalah dia. Juga dia adalah laki-laki pertama yang merupakan tempat dia membukakan isi hatinya akan segala yang dilihat serta wahyu yang diterimanya. Jiwa yang mana yang disebut berjiwa besar disamping menyembah Allah masih mau menyembah berhala?. Jiwa yang mana lagi yang bersih masih ragu-ragu membersihkan pakaian dan jiwanya, berderma kepada orang yang membutuhkan dan berbuat kebaikan kepada piatu?. Dia seorang yang rupawan, menjadi kesayangan masyarakat dan amikal sekali, termasuk keturunan yang tinggi, sebagai pedagang berakhlak baik. Ia cukup terkenal, baik dari ilmunya, berdagangnya dan pergaulannya yang baik. Melalui Abubakar diajaknya Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Talha bin Ubaidillah, Said bin Abi Waqqash, dan banyak lagi yang memeluk agama Islam, datang kepada Nabi dan menerima ajaran Islam dari Nabi sendiri.

Hamzah yang menyatakan beriman, setelah masuk Islam, dan berjanji akan membela dan berkurban di jalan Allah. Ketika itu orang yang cukup disegani, kuat dan gemar berburu dan merupakan saudara sesusuan Rasul, dimana masih memeluk agama bangsa Quraisy, melihat Rasul dicaci, dan menghina dengan kata-kata yang tidak pantas dari Abu Jahl, tapi Rasul tidak melayaninya. Dia marah sekali, lalu menemui Abu Jahl, dan mengangkat busur panah dan dipukulkan sekeras-kerasnya, tanpa ada orang yang berani turut campur. Justru dengan melihat prilaku Rasul beliau memasuki Agama yang lurus ini.

Umar bin Khatab, ketika itu berusia 30-35 tahun, sebagai pemuda temperamental, kuat, tegap, kesenangannya berfoya-foya, minum minuman keras. Akan tetapi kepada keluarganya sangat lembut dan bijaksana. Setelah mengetahuinya beberapa saudaranya Hijrah ke Abisina, untuk menghindari gangguan kaum Quraisy, dia merasa kesepian, sedih berpisah dengan mereka. Timbullah niatnya untuk membunuh Rasul, dengan pikiran bahwa kalau Rasul terbunuh, mereka tidak akan berpisah lagi dengan keluarganya. Ketika Rasul dan beberapa orang yang tidak ikut hijrah berkumpul, diketahui oleh Umar, iapun pergi ketempat mereka. Ditengah jalan dia bertemu dengan Nuiim b. Abdullah, setelah mengetahui maksud Umar, Nuaim berkata : “ Umar, engkau menipu diri sendiri. Kau kira keluarga Ibd Manaf akan membiarkan merajalela begini sesudah engkau membunuh Muhammad?, Tidak lebih baik kau pulang saja kerumah dan perbaiki keluargamu sendiri?”. Karena pada waktu itu saudara perempuannya Fatimah, beserta Said bin Zaid suaminya telah masuk Islam. Cepat Umar pulang kerumah dan menemui mereka, ditempat itu ia mendengar ada orang yang membaca AlQuran, setelah merasa ada yang mendekati, yang membaca itu bersembunyi dan Fatimah menyembunyikan Kitabnya. “ Aku mendengar suara bisik-bisik, apa itu?” Tanya Umar. Karena mereka tidak mengakui, Umar membentak lagi dengan suara lantang: “ Aku mengetahui, kamu menjadi pengikut Muhammad, dan menganut agamanya!”, katanya sambil menghantam Sakd sekeras-kerasnya, ketika Fatimah melindungi suaminya, fatimah pun kena hantaman, kedua suami istri itu menjadi panas dan berkata : “ Ya, kami sudah Islam!, Sekarang lakukan apa saja”, kata mereka. Tetapi Umar malah gelisah, melihat darah dimuka saudaranya itu, timbul rasa iba dan menyesal. Dimintanya kitab itu dari saudaranya, setelah dibacanya, wajahnya tiba-tiba berubah, Menggetar rasa nya , ada seruan yang begitu luhur. Ia keluar dengan hati yang menjadi bijaksana, tenang lembut, dan menemui Rasul yang sedang berkumpul di Shafa. Ia minta izin masuk, dan menyatakan dirinya masuk Islam. Dengan masuknya Hamzah dan Umar, memperkuat benteng pertahanan Islam ketika itu.

Bilal bin Rabah

Bilal bin Rabah, salah seorang sahabat dekat Rasulullah. Bilal adalah seorang keturunan Afrika, Habasyah tepatnya. Kini Habasyah biasa kita sebut dengan Ethiopia.

Seperti penampilan orang Afrika pada umumnya, hitam, tinggi dan besar, begitulah Bilal. Pada mulanya, ia adalah budak seorang bangsawan Makkah, Umayyah bin Khalaf. Meski Bilal adalah lelaki dengan kulit hitam pekat, namun hatinya, insya Allah bak kapas yang tak bernoda. Itulah sebabnya, ia sangat mudah menerima hidayah saat Rasulullah berdakwah.

Meski ia sangat mudah menerima hidayah, ternyata ia menjadi salah seorang dari sekian banyak sahabat Rasulullah yang berjuang mempertahankan hidayahnya. Antara hidup dan mati, begitu kira-kira gambaran perjuangan Bilal bin Rabab.

Keislamannya, suatu hari diketahui oleh sang majikan. Sebagai ganjarannya, Bilal di siksa dengan berbagai cara. Sampai datang padanya Abu Bakar yang membebaskannya dengan sejumlah Wang tebusan.

Bisa dikata, di antara para sahabat, Bilal bin Rabah termasuk orang yang
pilih tanding dalam mempertahankan agamanya. Zurr bin Hubaisy, suatu ketika berkata, orang yang pertama kali menampak-kan keislamannya adalah Rasulullah. Kemudian setelah beliau, ada Abu Bakar, Ammar bin Yasir dan keluarganya, Shuhaib, Bilal dan Miqdad.

Selain Allah tentunya, Rasulullah dilindungi oleh paman beliau. Dan Abu Bakar dilindungi pula oleh sukunya. Dalam posisi sosial, orang paling lemah saat itu adalah Bilal. Ia seorang perantauan, budak belian pula, tak ada yang membela. Bilal, hidup sebatang kara. Tapi itu tidak membuatnya merasa lemah atau tak berdaya. Bilal telah mengangkat Allah sebagai penolong dan walin-ya, itu lebih cukup dari segalanya.

Derita yang ditanggung Bilal bukan alang kepalang. Umayyah bin Khalaf, sang majikan, tak berhenti hanya dengan menyiksa Bilal saja. Setelah puas hatinya menyiksa Bilal, Umayyah pun menyerahkan Bilal pada pemuda-pemuda kafir berandalan. Diarak berkeliling kota dengan berbagai siksaan sepanjang jalan. Tapi dengan tegarnya, Bilal mengucap, "Ahad, ahad," puluhan kali dari bibirnya
yang mengeluarkan darah.

Bilal bin Rabah, meski dalam strata sosial posisinya sangat lemah, tapi tidak di mata Allah. Ada satu riwayat yang membukti-kan betapa Allah memberikan kedudukan yang mulai di sisi-Nya.

Suatu hari Rasulullah memanggil Bilal untuk menghadap. Rasulullah ingin mengetahui langsung, amal kebajikan apa yang menjadikan Bilal mendahului berjalan masuk surga ketimbang Rasulullah.

"Wahai Bilal, aku mendengar gemerisik langkahmu di depanku di dalam surga. Setiap malam aku mendengar gemerisikmu."

Dengan wajah tersipu tapi tak bisa menyembunyikan raut bahagianya, Bilal menjawab pertanyaan Rasulullah. "Ya Rasulullah, setiap kali aku berhadats, aku langsung berwudhu dan shalat sunnah dua rakaat."

"Ya, dengan itu kamu mendahului aku," kata Rasulullah membenarkan. Subhanallah, demikian tinggi derajat Bilal bin Rabah di sisi Allah. Meski demikian, hal itu tak menjadikan Bilal tinggi hati dan merasa lebih suci
ketimbang yang lain. Dalam lubuk hati kecilnya, Bilal masih menganggap, bahwa ia adalah budak belian dari Habasya, Ethiopia. Tak kurang dan tak lebih.

Bilal bin Rabah, terakhir melaksanakan tugasnya sebagai muadzin saat Umar bin Khattab menjabat sebagai khalifah. Saat itu, Bilal sudah bermukim di Syiria dan Umar mengunjunginya. Saat itu, waktu shalat telah tiba dan Umar meminta Bilal untuk mengumandangkan adzan sebagai tanda panggilan shalat. Bilal pun naik ke atas menara dan bergemalah suaranya.

Semua sahabat Rasulullah, yang ada di sana menangis tak terkecuali. Dan diantara mereka, tangis yang paling kencang dan keras adalah tangis Umar bin Khattab. Dan itu, menjadi adzan terakhir yang dikumandangan Bilal, hatinya tak kuasa menahan kenangan manis bersama manusia tercinta, nabi akhir zaman.
Free Website templatesFree Flash TemplatesFree joomla templatesSEO Web Design AgencyMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates